ABSTRAK
Triyani. Ochta. 2013. Laporan Pengaruh Faktor Lingkungan
Terhadap Bakteri Eschericia coli, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus.
Program Studi Pendidikan Biologi. Program Sarjana (S1). Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen Pengasuh Susi
Dewiyeti, S.Si.,M.Si.
Kata
Kunci : Pengaruh
Faktor Lingkungan Terhadap Bakteri Eschericia coli, Salmonella typhosa,
Staphylococcus aureus.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengamati pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
baketri Eschericia coli, Salmonella
typhosa, Staphylococcus aureus pada perlakuan suhu dan pH dengan
menggunakan metode eksperimen laboratorium, untuk dapat mengetahui pertumbuhan
bakteri digunakan aquadest steril, asam cuka, NaOH, air panas dan air dingin
dengan suhu dan pH yang berbeda-beda sebagai media cair, hasil penelitian
menunjukan bahwa pada suhu optimum 300C bakteri tersebut dapat
tumbuh dengan baik dan pada pH optimum yang sangat asam dan basa bakteri masih
dapat tumbuh ini dikarenakan pertumbuhan bakteri tersebut berbeda-beda. Hal ini
membuktikan bahwa suhu dan pH suatu larutan berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri.
LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
- PRAKTIKUM KE : 1
B.
JUDUL : PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP
PERTUMBUHAN
BAKTERI Eschericia coli, Salmonella
typhosa, Staphylococcus aureus
C. TUJUAN : Untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba bakteri Eschericia coli, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus
- DASAR TEORI :
Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel.
Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan
peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif
memiliki lapisan luar, lipopolisakarida terdiri atas membran dan lapisan
peptidoglikan yang tipis terletak pada periplasma. (wawan,2009)
1.
Escheria
coli
Bakteri Escheria coli adalah sebuah nama bakteri
adalah sebuah nama bakteri yang
diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Theodor Escherich, Pada tahun
1907. (Ruth,2009)
E. coli praktis selalu ada dalam saluran pencernaan
hewan dan manusia karena secara alamiah
Escherichia coli merupakan salah satu
penghuni tubuh. Penyebaran E.coli dapat terjadi denga cara kontak langsung (bersentuhan,
berjabatan tanggan dan sebagainya) kemudian diteruskan melalui mulut, akan
tetapi E. coli pun dapat ditemukan
tersebar di alam sekitar kita. (Ruth,2009)
E. coli merupakan
mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran
air oleh tinja. Di dalam kehidupan kita. E.coli mempunyai peranan yang
cukup penting yaitu selain sebagai penghuni tubuh (di dalam usus besar) juga E.
coli menghasilkan kolisin yang dapat melindungi saluran pencernaan dari
bakteri patogenik. Escherichia coli akan menjadi patogen bila pindah
dari habitatnya yang normal kebagian lain dalam inang, misalnya, bila E.
coli di dalam usus masuk ke dalam saluran kandung kemih kelamin dapat
menyebabkan sistitis, yaitu suatu peradangan pada selaput lendir organ
tersebut.
Escherichia sekarang dianggap
sebagai genus dengan hanya satu species yang mempunyai beberapa ratus tipe
antigenik. (Ruth,2009)
Gambar 1 Escheria coli (Sumber: Ruth,2009)
Ciri-ciri Bakteri E.Coli
: batang lurus, 1,1-1,5 μm x 2,0-6,0 μm,
motil dengan flagellum peritrikus atau nonmotil, gram negativ, tumbuh dengan
mudah dengan media nutrien sederhana. Laktosa difermentasi oleh sebagian besar
galur dengan produksi asam dan gas. Kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51mol %.
(Pelczar.1988:949)
2.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter
0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah
anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu
kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning
keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat
klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau
selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. (Sri,2009)
Gambar 2 Staphylococcus aureus (sumber :Anonim,2008)
Klasifikasi
Staphylococcus aureus
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species :
Stapylococcus aureus
Sebagian
bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan
saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara
dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol. (Sri,2009)
Infeksi
oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah
bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,
osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama
infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik. (Sri,2009)
Gambar 3 Stapylococcus aureus (sumber :Anonim,2008)
Staphylococcus aureus mampu tumbuh pada suhu rendah 6-70C,
Pada umumnya staphylococcus aureus tumbuh pada kisaran suhu 7-48.50C
dengan suhu optimum pertumbuhan 30-370C, Kisaran pH pertumbuhan
antara 4.3 hingga 9.3 dengan pH optimum 7.0-7.5. (Anonim,2011)
Tabel 1 Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan S. aureus
Faktor
Pengaruh
|
Pertumbuhan
|
|
Optimum
|
Kisaran
|
|
Suhu
|
370C
|
4
–48°C
|
pH
|
6.0-7.0
|
4.0-9.8
|
aw
|
0.98≥0.99
|
0.83≥0.99
|
Atmosfer
|
Aerobik
|
Anaerobik
hingga aerobik
|
Natruim
Klorida
|
0.5-0.4%
|
0-20%
|
(sumber
: Anonim,2011)
3. Salmonella
typhosa
Salmonella
typhosa merupakan patogen fakultatif intraseluler yang memerlukan faktor
virulensi untuk tetap hidup di dalam sel agar berhasil berkolonisasi dan
bereplikasi masuk ke dalam jaringan (Cheminay et al., 2005). Salah satu
faktor virulensi yang dimiliki Salmonella typhi adalah villi atau fimbriae.
Fimbriae merupakan protein polimer permukaan sel bakteri sebagai
mediator penting interaksi bakteri terhadap hospes dan survive pada
lingkungan, motilitas, kolonisasi serta invasi pada sel hospes (I Nengah
Kundera,2012).
Gambar 4 Salmonella typhosa (sumber :2008)
Klasifikasi
Salmonella typosa
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella typosa
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai
macam media,
salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain
yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar,
dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar, HEA merupakan media
selektif-diferensial, Media ini tergolong selektif karena terdiri
dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri
yang tumbuh hanya Salmonella. Media
ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan
cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa,
glukosa,
dan salisin, dengan komposisi
laktosa yang paling tinggi. Salmonella
tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit
karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan
karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada
media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue. (Anonim,2008)
Faktor lingkungan bagi pertumbuhan mikroba
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat
resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan
cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan
meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik. (Anonim1,2003)
1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu
tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan
dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum
adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu
paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk
kehidupan mikroba.
Berdasarkan
kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba
psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 0C dengan suhu optimum sekitar 15 0C. Mesofil
adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 150C
suhu optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C. Mikroba
yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba
ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya
tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi
pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah
yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok
ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum
untuk pertumbuhannya 750C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 300C
dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 600C, dikelompokkan kedalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 300C,
dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. (Anonim1,2003)
Grafik 1 Pertumbuhan
mikroba pada berbagai kisaran suhu pertumbuhan
(Sumber:
Anonim1,2003)
Bakteri yang hidup di dalam tanah
dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 500C
(termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus.
Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,
dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof)
dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil. (Anonim,2003)
b. Suhu
tinggi
Apabila
mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan memberikan
beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang dapat memetikan
spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. (2) Waktu kematian
thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada
suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal
ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium.
Tabel
2 Waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk beberapa
jenis bakteri
Nama mikroba
|
Waktu
(menit)
|
Suhu
( oC)
|
Escherichia
coli
|
20-30
|
57
|
Staphylococcus
aureus
|
19
|
60
|
Spora Bacilus
subtilis
|
20-50
|
100
|
Spora
Clostridium botulinum
|
100-330
|
100
|
(Sumber : Anonim,2003)
c. Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada
suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme.
Skibat-akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang
tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada
fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan
adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi , adalah
proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat.
Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air protoplasma
langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi). (Anonim,2003)
2.
Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan kandungan
air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter aw
(water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh
pada aw 0,998-0,6. Bakteri umumnya memerlukan a w 0,90-0,999. Mikroba yang
osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces
rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8.
Bakteri
umumnya memerlukan aw atau
kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw
0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia
atau dapat membentuk kista. (Anonim,2003)
Tabel 3 Daftar a w yang diperlukan
oleh beberapa jenis bakteri
Nilai aw
|
Bakteri
|
1,00
|
Caulobacter
Spirillum
|
0,90
|
Lactobacilus
Bacillus
|
0,85
|
Staphylococcus
|
0,75
|
Halobacterium
|
(Sumber
: Anonim,2003)
- Tekanan osmosis
Tekanan osmosis
sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Apabila mikroba
diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel
karena cairan masuk ke dalam sel,
sel membengkak dan akhirnya pecah. (Anonim,2003)
Berdasarkan tekanan
osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:
a.
mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat
tumbuh pada kadar gula tinggi.
b.
mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat
tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi,
c.
mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang
dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi,
kadar garamnya dapat mencapai 30%. (Anonim,2003)
- Ion-ion dan listrik
a.
Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya
menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium
alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea.
Apabila mikroba ditanam
pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila
pH media 8 maka pertumbuhan
didominasi oleh bakteri.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil,
adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil
(neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c)
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
(Anonim,2003)
- PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. WAKTU
DAN TEMPAT
a. Waktu
:
1) Praktikum :Kamis,
10 oktober 2013, Jam 09.00 s/d 11.00 WIB
2) Pengamatan :Jum’at, 11 oktober 2013, Jam 11.00
WIB
b.
Tempat : Laboratorium Biologi Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
2. AlAT
DAN BAHAN
a. Alat
: Tabung reaksi, pinset, bunsen, rak tabung reaksi, jarum ose, pipet tetes,
sprayer, autoclave, inkubator, termometer, kertas HVS, beaker glass, gelas ukur
b. Bahan
: NaOH, suspense bakteri Eschericia coli,
Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus, kapas, spritus, tissue, alcohol
70%, asam cuka, aquadest, air oanas, es batu, kertas pH, kertas label.
3. CARA
KERJA
a. Perlakuan
pH ( Asam Cuka dan KOH )
1. Ukur
terlebih dahulu pH aquadest steril, asam cuka dan NaOH. Hasil pengukuran
dicatat.
2. Siapkan
3 (tiga) buah tabung reaksi, masing-masing tabung teaksi dimasukan 10ml asam
cuka, NaOH, dan aquadeststeril secara aseptis
3. Pada
tabung reaksi yang telah berisi asam cuka, KOH, dan aquadest steril dimasukan
2-3 tetes suspense bakteri secara aseptis
4. Sumbat
mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih
5. Inkubasi
selama 24 – 48 jam pada suhu 37oC dalam inkubator
6. Setelah
masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaski (warna/keruh)
b. Perlakuan
Suhu (Es batu dan Air Panas).
1. Siapakan
2 (dua) buah tabung reaksi, masukkan pecahan es batu dengan pinset sampai
setengah panjang tabung reaksi dan 10 ml air panas kedalam masing-masing tabung
reaksi secara aseptis.
2. Ukur
suhu kedua tabung reaksi yang berisiskan es batu cair dan air panas.
3. Pada
tabung reaksi yang telah berisi es batu dan air panas masukkan 2-3 tetes
suspensi bakteri secara aseptis.
4. Sumbat
mulut tabung dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
5. Inkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 370C dalam inkubator.
6. Setelah
masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi (warnah/keruh)
- HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
HASIL
PRAKTIKUM
Tabel 1 Pengaruh Faktor pH dan Suhu Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus
No. Perlakuan Warna
1 Aquadest steril + bakteri Staphylococcus aureus Keruh
2 NaOH + bakteri Staphylococcus aureus Keruh
3 Asam cuka + bakteri Staphylococcus
aureus Keruh
4 Es batu + bakteri Staphylococcus aureus Keruh
5 Air panas + bakteri Staphylococcus aureus Keruh
Tabel 2. Pengaruh Faktor pH
dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Eschericia
coli
No. Perlakuan Warna
1 Aquadest
steri + bakteri E.coli Keruh
2 NaOH +
bakteri E.coli Jernih
3 Asam
cuka + bakteri E.coli Keruh
4 Es batu
+ bakteri E.coli Keruh
5 Air
panas + bakteri E.coli Jernih
Tabel 3.
Pengaruh Faktor pH dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhosa
No. Perlakuan Warna
1 Aquadest
steril + bakteri Salmonella typhosa Keruh
2 NaOH +
bakteri Salmonella typhosa Keruh
3 Asam
cuka + bakteri Salmonella typhosa Keruh
4 Es batu
+ bakteri Salmonella typhosa Keruh
5 Air
panas + bakteri Salmonella typhosa Jernih
2.
PEMBAHASAN
a. Pada
Tabe1 Pengaruh Faktor pH dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus
1. Pada
Aquadest steril yang telah dtambahkan suspensi bakteri Staphylococcus aureus terjadi perubahan warna, dari warna jernih
menajadi keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC
dalam inkubator. Perubahan warna tersebut menunjukan bahwa ada pertumbuhan mikroorganisme di dalam media cair aquadest
stresil tersebut
2. Pada
NaOH yang telah di tambahkan supsensi bakteri Staphylococcus aureus terjadi
perubahan warna, warna mejadi keruh setelah di inkubasi selama
24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan adanya
kumpulan suatu bakteri yang sejenis yang membentuk koloni, di dalam media cair
tersebut terjadi nya suatu pertumbuhan bakteri pada pH 13
3.
Pada Asam cuka yang telah di
tambahkan suspense bakteri Staphylococcus
aureus terjadi di perubahan warna, warna menjadi keruh setelah di inkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan
oleh adanya pertumbuhan bakteri,
karena asam cuka memiliki pH 2
4.
Pada Air panas yang telah di
tambahkan suspensi bateri Staphylococcus
aureus terjadi di perubahan warna, warna menjadi keruh setelah di inkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan
oleh adanya pertumbuhan bakteri dimana suhu air panas 90oC
5.
Pada Air dingin yang telah di
tambahkan suspensi bateri Staphylococcus
aureus terjadi di perubahan warna, warna menjadi keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam
pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan
Bakteri dimana suhu air dingin 2oC
Menurut belindch (2009) Staphylococcus aureus dapat tumbuh
dengan baik pada pH 7 bertahan pada pH 2 karena sifat anaerob fakulatif dan
mati pada pH 11.
b.
Pengaruh
Faktor pH dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Eschericia coli
1. Pada
Aquadest steril yang telah dtambahkan suspensi bakteri E. coli terjadi perubahan warna, dari warna jernih menjadi keruh
setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Perubahan warna tersebut menunjukan bahwa ada pertumbuhan mikroorganisme di dalam media cair aquadest
stresil tersebut. Karena pH yang dimiliki aquadest steril adalah 7, pH netral.
2. Pada
NaOH yang telah di tambahkan supsensi bakteri E. coli terjadi perubahan warna, warna mejadi keruh setelah di inkubasi selama
24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan adanya kumpulan
suatu bakteri yang sejenis yang membentuk koloni, di dalam media cair tersebut
terjadi nya suatu pertumbuhan bakteri pada pH 13.
3.
Pada Asam cuka yang telah di
tambahkan suspense bakteri E. coli terjadi di perubahan warna, warna menjadi
keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam
incubator hal ini disebabkan oleh adanya
pertumbuhan bakteri, karena asam cuka memiliki pH 2
4.
Pada Air panas yang telah di
tambahkan suspensi bateri E. coli terjadi di perubahan warna, warna menjadi
keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam
incubator hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dimana suhu air
panas 93oC.
5.
Pada Air dingin yang telah di
tambahkan suspensi bateri E.coli terjadi di perubahan warna, warna
menjadi keruh setelah di inkubasi selama
24-48 jam pada suhu 37oC dalam
incubator hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dimana suhu
air dingin 2oC.
Menurut (Anonim, 2008).Mikroorganisme
termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang
tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC,
bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di
sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967
di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas
bersuhu 93-94oC
c.
Pengaruh
Faktor pH dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella
typhosa
1. Pada
Aquadest steril yang telah dtambahkan suspensi bakteri S. typhosa terjadi perubahan warna, dari warna jernih menjadi keruh
setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Perubahan warna tersebut menunjukan bahwa ada pertumbuhan mikroorganisme di dalam media cair aquadest
stresil tersebut. Karena pH yang dimiliki aquadest steril adalah 7, pH netral.
2. Pada
NaOH yang telah di tambahkan supsensi bakteri S. typhosa terjadi perubahan warna, warna mejadi keruh setelah di inkubasi selama
24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan adanya kumpulan
suatu bakteri yang sejenis yang membentuk koloni, di dalam media cair tersebut
terjadi nya suatu pertumbuhan bakteri pada pH 13.
3.
Pada Asam cuka yang telah di
tambahkan suspense bakteri S. typhosa terjadi
di perubahan warna, warna menjadi keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam
pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan bakteri, karena asam
cuka memiliki pH 2
4.
Pada Air panas yang telah di
tambahkan suspensi bateri S. typhosa terjadi
di perubahan warna, warna menjadi keruh setelah di inkubasi selama 24-48 jam
pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan oleh adanya
pertumbuhan bakteri dimana suhu air panas 90oC.
5.
Pada Air dingin yang telah di
tambahkan suspensi bateri S. typhosa terjadi
di perubahan warna, warna menjadi keruh
setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC dalam incubator hal ini disebabkan oleh adanya
pertumbuhan bakteri dimana suhu air dingin 8oC.
Menurut (Anonim 2008) Mikroorganisme
psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat
tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC
- KESIMPULAN
Menurut
Anonim Menurut (2008) Bahwa pada suhu optimum 300C bakteri tersebut
dapat tumbuh dengan baik dan pada pH optimum yang sangat asam dan basa bakteri
masih dapat tumbuh ini dikarenakan pertumbuhan bakteri tersebut berbeda-beda. Hal
ini membuktikan bahwa Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah pH, suhu, kelembapan, dan cahaya.
- DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.Salmonellathyposa.(Online).(http://Salmonellathyposa_mikrobiologifarmasi
Indonesia.html, diakses 17Oktober 2013)
Anonim.2011.KarakteristikStaphylococcusaureus.(Online).(http://repository.ipb.ac.id/Bitstream/handle/123456789/BAB%2011%20Tinjauan%20ustaka.pdf?sequence=4,
diakses 13Oktober 2013)
Anonim.2013.Mengenal bakteri Ercherichia coli.(Online).(http://spirit-
ok.blogspot.com/2013/03/mengenal-bakteri-e-coli.html, diakses 13 Oktober 2013)
Belindch.2009.Pengaruh Faktor Suhu dan pH terhadap pertumbuhan dan pertahanan hidup
Staphylococcus aureus.(Online).( http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/pengaruh-faktor-suhu-dan-ph-terhadap-pertumbuhan-dan-pertahanan-hidup-staphylococcus-aureus,
diakses 15Oktober 2013)
Kusuma sri
agung.2009.Staphylococcus aureus.(online)
(http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf,
diakses 19Oktober 2013)
Melliawati,Ruth.2009.Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia.
(Online).(http://www.biotek.lipi.go.id/images/stories/biotrends/vol4no1/EcoliR.Melliawati1014.pdf,
diakses 18Oktober 2013)
Moch Ansori,Djoko
Martono.2009.Biologi SMA.Jakarta.
Pelczar,M.J
dan Chan,E.C.S.1988.Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta:
Universitas
Indonesia.
Wawan.2009.Pertumbuhan bakteri pada medium dengan pH
dan suhu yangberbeda.(Online).(http://wawanbio05.blogspot.com/2009/09/pertumbuhan-bakteri-pada-medium-dengan.html,
diakses pada 20 Oktober 2013)